28.12.09

separuh hatiku di Kembang Jepun

pic belong to rajaagam.wordpress.com

Tanggal 20 juni 2009, komentar Pak Eko di blog ini seperti magnet bagi saya, kapan bisa blusukan di kota lama Surabaja. Tawa renyahnya memberi tanda bahwa bangunan kolonial tropis yang saya lihat di beberapa tempat, - BELUM APA APA DIBANDINGKAN DENGAN BANGUNAN KUNO DI SURABAJA -.
Ibarat idiom Windows lama - WYSIWYG ( What you see is what you Get)- saya baru yakin bila sudah melihat sendiri dengan mata kepalaku. Dan akhirnya momentum itu baru bisa kejadian libur natal 2009 kemarin. ibarat Blitzkrieg - serangan kilat ; meskipun hanya 3 jam berada di kota lama Surabaja, ingatan di kepala saya menyimpan ratusan gambar2 indah.

Satu jam pertama dari 3 jam itu saya habiskan dengan nongkrong di jalan Rajawali, seberang Hotel Ibis -menjelang tengah malam -bersama supir2 taksi dan sopir angkot ( Len - suroboyoan). Berdua saya dan abang saya lesehan di tikar yang digelar di trotoar penjual nasi goreng - mata saya liar menangkap bayangan2 bangunan kuno di sekeliling saya, tapi yang saya nikmati tidak lain adalah hotel ibis itu sendiri, bangunan kolonial tropis yang dibangun tahun 1931, bentuk aslinya tidak berubah sama sekali, hanya tower 9 lantai di belakangnya yang dibangun sebagai kamar. Pemandangan dari lantai 7 tidak kalah indah, karena kebetulan kamar kita di sisi Timur, maka gedung cerutu terlihat dari belakang, di sebelah gedung cerutu ada Bank Mandiri - jl.Rajawali. Lalu setelah fajar baru terlihat jelas bangunan-bangunan di sekitar gedung cerutu, ada Bangunan abu2 persegi seperti pabrik - akhirnya saya tahu itu adalah Bank Puspa Surabaja- kalau tak keliru, lalu gang sempit berkelok2 diantaranya.
Yang saya kagumi adalah Kota Lama Surabaja relatif masih terpelihara dengan baik, sebab bangunan bangunan itu sudah berstatus Benda Cagar Budaya.
Dua jam sisanya adalah Trekking menyusuri Gang2 di seputaran jalan Rajawali. Semula saya pergi sendirian, keluar dari lobby menuju arah barat - di sebelah kiri Ibis terdapat bangunan bercat pintu abu2 - pabrik minuman keras, semua jendela, pintu, ornamen2 nya masih utuh seperti sejak dibangun......waw.
Spontan saya mengambil hape dan mencet2 tombol sms - " Adhi harus ikut " ...pikir saya.
Keponakan saya -Adhi -, akhirnya terbujuk rayuan saya untuk ikut trekking bangunan kuno pagi itu,
" saya sebetulnya lebih suka tema human interest..Oom, tapi ternyata bangunan kuno begini bagus juga ya......."
Katanya sambil bolak balik mengganti lensa Zoom "mainannya" - Olympus seri terbaru......saya tersenyum lebar...mengiyakan.
Jeprat-jepret kami berlanjut, menyusuri gang kecil di Kota Lama Surabaja memutar berlawanan arah jarum jam, tampak di seberang kami - sebelah utara - gedung BNI unit Jembatan Merah, kali lalu berbelok ke Selatan , terlihat beberapa bangunan berarsitektur Tionghoa - terlihat dari pola atapnya, masih ada.
Saya dan Adhi menghitung waktu yang tersisa - tidak mungkin terungkap semua harta karun ini - akhirnya kami berbelok lagi ke Timur masuk ke gang kecil di belakang hotel Ibis.
Sungguh kejutan yang Indah, kami menemukan bangunan yang saya dengar pagi itu- dari penjaga gedung minuman keras, seorang lelaki Madura - " kalo pabrik Limun di belakang , pak,"




saya terpaku , waktu seolah berhenti di gang itu- lama saya menikmati bentuk pilar kunonya- tulisan relief yang tertulis di listplanknya, betul-betul masih bangunan asli.

kami berputar lagi ke Utara, menemukan beberapa ornamen2 kuno seperti jendela, ubin antik dan ventilasi kuno yang polanya baru kali ini saya lihat. lalu - Tadaaaa.......- muncul di depan kami penginapan bernama "Syariah" - bangunan yang nama plangnya kami baca sebelum kami masuk ke gang prenjak. terletak persis di sisi belakang hotel Ibis, sepertinya berdiri diatas puing bangunan lama, tidak terlihat sisa bangunan kuno - saya pikir- bangunan apa yang dirubuhkan demi sebuah penginapan kelas melati seperti ini...sayang sekali, namun sekilas terlihat sebagai akomodasi yang tepat buat traveller backpack kayak saya.
kami melanjutkan trek ke timur, bangunan abu2 yang terlihat seperti pabrik tertutup tadi pagi pintu belakangnya dijaga satpam, inilah Bank Puspa, hmmmh...gak kelihatan kayak Bank......
mentok di ujung timur, kami kembali ke Utara - ke Jl. Jembatan Merah . tidak lama bagi kami untuk menemukan bekas gedung Bank Prima ( menurut Pak Eko ).
Saya dan Adhi menghabiskan banyak frame untuk mengabadikan bangunan ini, bangunan yang sangat eksotis, ornamennya mengingatkan saya pada gedung di kota Gotham - film Hollywood.
penjual tanaman di sepanjang jalan itu tak berhenti memelototi kami, takut kalo kami menginjak2 jualan mereka - mungkin-, hehehe.....tapi mereka nyantai saja, ah, Surabaja lama memang nyaman.
Dan terakhir kami kembali ke jl. Rajawali, di pojok jalan itu saya berkali kali mengambil gambar




satu bangunan, entah kenapa. Magnetnya kuat sekali, bahkan lebih kuat dari gedung cerutu di depannya, lacak punya lacak, gedung itu adalah gedung Ex markas Kumpeni dulu, tempat di seputaran meninggalnya Brigjend Mallaby, seperti ditulis di Blog pak Yousri gedung itu terlihat sangat sangat kokoh, kalo saya ndak keliru Pak Eko juga menaruh foto bangunan ini sebagai background di template blognya



Dengan puluhan -bahkan ratusan jendelanya, khas bangunan kolonial tropis, sangat menarik perhatian. dan Last but not Least, Gedung Cerutu, yang menjadi Ikon wilayah tersebut, saya dan adhi menghabiskan sisa waktu pagi itu sebelum berangkat ke Malang.
" wah , bakalnya kesini lagi nih Oom...." celetuk mas Adhi, spontan saya ngakak.
Saya teringat kata2 pak Eko lagi....seolah2 saya mendengar beliau berkata
" hehehe.......kenapa baru sekarang kemari, Mas...?"

hehehe...juga, terimakasih, pak !!!

8.12.09

Kemewahan Bangunan Kolonial Tropis - 5

Teras Panorama

Teras ini biasa dipakai untuk menikmati pemandangan dari dalam rumah, bentuknya umumnya setengah lingkaran, oval , atau separuh hexagonal.

Letaknya biasanya di ruang depan, atau samping bangunan. Pada Bangunan yang berstatus milik penguasa wilayah, Teras ini bisa lebih dari satu, terdapat di ruang tamu, ruang kerja, dan Pavillion tamu juga biasanya memiliki teras panorama sendiri.

Dari dalam bangunan, teras ini dilengkapi jendela-jendela yang mempunyai tempat meletakkan tangan atau tempat penyangga badan, sehingga siapapun yang melihat keluar akan dapat meletakkan tangan disitu untuk berlama-lama, konsep ergonomis yang sudah dikenal lama oleh arsitek Belanda

Dan bentuknya yang menonjol membuat aksentuasi khusus pada bangunan, menjadi daya tarik tersendiri.




teras Resto Keboen -jl. Veteran Semarang